Model Menara di Eropa dan Timur Tengah (1)
mvmtravel.com
REPUBLIKA.CO.ID, Di awal perkembangannya, gaya arsitektur menara Masjid Damaskus dan Masjid Nabawi telah menjadi trend-setter.
Pola menara kedua masjid itu telah direplikasi dan dicontoh masjid-masjid hingga berbagai penjuru negeri Muslim melintasi dataran Arab hingga ke Andalusia.
Dalam perkembangannya, desain arsitektur menara masjid pun menjadi beragam. Gaya dan bentuk menara itu biasanya disesuaikan dengan budaya dan kondisi wilayahnya.
Secara umum, terdapat lima bentuk dan gaya menara masjid, yakni menara klasik, menara variasi, menara segi empat, menara spiral, dan menara silinder.
Menara klasik memiliki desain yang khas. Lantai dasarnya berbentuk segi empat, naik ke atas menjadi oktagonal (segi delapan) dan kemudian diakhiri dengan tower silinder yang dipuncaki dengan sebuah kubah kecil.
Menara Masjid Mad Chalif di Kairo yang dibangun Khalifah Al-Hakim dari Dinasti Fatimiyah menggunakan desain menara klasik.
Masjid Al-Azhar menggunakan menara dengan desain variasi. Diawali dengan segi empat di bagian bawah, lalu bertransformasi menjadi segi enam yang dihiasi dengan balkon segi delapan.
Lain Mesir, lain pula Iran. Di negeri para Mullah ini, sebagian besar menara masjidnya menggunakan menara silinder dengan diameter silinder yang semakin mengecil di puncak menara. Salah satu contohnya, menara Masjid Natanz.
Menara segi empat, salah satunya digunakan di Aleppo wilayah Mediterrania. Uniknya, menara Masjid Aleppo menerapkan tren baru. Sepenuhnya berbentuk segi empat dari dasar hingga puncak. Menara yang dibangun oleh penguasa Turki Seljuk pada 1089 ini menggunakan batu bata sebagai material utama.
Sebagai tren baru, tidak ada kubah di puncak menara. Hasan bin Mufarraj, arsitektur yang merancangnya, memberikan sentuhan baru dengan meletakkan muqarnas di puncak menara setinggi 46 meter ini. Muqarnas tersebut menyerupai galeri dan berfungsi sebagai tempat muazin.
Pola menara kedua masjid itu telah direplikasi dan dicontoh masjid-masjid hingga berbagai penjuru negeri Muslim melintasi dataran Arab hingga ke Andalusia.
Dalam perkembangannya, desain arsitektur menara masjid pun menjadi beragam. Gaya dan bentuk menara itu biasanya disesuaikan dengan budaya dan kondisi wilayahnya.
Secara umum, terdapat lima bentuk dan gaya menara masjid, yakni menara klasik, menara variasi, menara segi empat, menara spiral, dan menara silinder.
Menara klasik memiliki desain yang khas. Lantai dasarnya berbentuk segi empat, naik ke atas menjadi oktagonal (segi delapan) dan kemudian diakhiri dengan tower silinder yang dipuncaki dengan sebuah kubah kecil.
Menara Masjid Mad Chalif di Kairo yang dibangun Khalifah Al-Hakim dari Dinasti Fatimiyah menggunakan desain menara klasik.
Masjid Al-Azhar menggunakan menara dengan desain variasi. Diawali dengan segi empat di bagian bawah, lalu bertransformasi menjadi segi enam yang dihiasi dengan balkon segi delapan.
Lain Mesir, lain pula Iran. Di negeri para Mullah ini, sebagian besar menara masjidnya menggunakan menara silinder dengan diameter silinder yang semakin mengecil di puncak menara. Salah satu contohnya, menara Masjid Natanz.
Menara segi empat, salah satunya digunakan di Aleppo wilayah Mediterrania. Uniknya, menara Masjid Aleppo menerapkan tren baru. Sepenuhnya berbentuk segi empat dari dasar hingga puncak. Menara yang dibangun oleh penguasa Turki Seljuk pada 1089 ini menggunakan batu bata sebagai material utama.
Sebagai tren baru, tidak ada kubah di puncak menara. Hasan bin Mufarraj, arsitektur yang merancangnya, memberikan sentuhan baru dengan meletakkan muqarnas di puncak menara setinggi 46 meter ini. Muqarnas tersebut menyerupai galeri dan berfungsi sebagai tempat muazin.